Piknik




Aku punya lingkar pertemanan yg ‘unik’. Sesungguhnya tak bisa dikatakan deket banget-banget-banget-banget tapi kami mencoba ADA untuk satu sama lain. Awal kami jadi sering kumpul juga terjadi begitu saja. Menemani saat-saat sulit untuk saling menguatkan. Pun sebenernya aku hanya pemain tambahan yg tiba-tiba muncul. Mereka yg lebih dulu kenal dalam 6 tahun terakhir, lalu datanglah aku yg jadi ngintil kemana-mana, he-he-he.

Selepas (mereka) lulus kuliah, kami jadi jarang kumpul. Selain karena rumah dan tempat kerja kami jauh satu sama lain, kadang jadwal libur-lembur kerja juga jadi penghalang. Tapi kalau tiba-tiba ada yg kangen dan mengajak untuk kumpul, kami akan berseru “Ayo!” -- kalau waktunya pas.

Diam-diam kami saling menyanyangi. Mencoba membuat momen spesial jika ada salah satu dari kami yg sedang berulangtahun. Bulan Januari lalu, ada dua diantara kami yg merayakannya. Skenarionya main ke bumi perkemahan Cibubur. Piknik membawa bekal dan menggelar tikar di pinggir danau. Padahal sudah ada yg menyiapkan kue ulang tahun, gak deng! Donat yg dipasangin lilin.

Kami ber-ide untuk main ke sebuah taman. Sesekali main liat yg hijau-hijau tapi yg deket-deket aja, gitu katanya. Berbekal nasi masak sendiri, lauk beli di warteg dan CEKER AYAM CABE MERAH buatan Eboy, kami siap PIKNIK lagi. Tentunya dengan tikar hitam dipenuhi gambar strawbery pink yg selalu setia menemani jalan-jalan sederhana kami.

Awalnya malu-malu gitu mau gelar tikar karena kebanyakan orang ya duduk duduk santai aja di bangku atau lesehan. Hmm, kebanyakan orang berdua-dua-an sih. Setelah menemukan spot yg nyaman dan lega, kami menggelar perbekalan kami. Guess who was the most impatient to eat right away? Ya siapa lagi kalau bukan kekasihku tercinta :”

siap melahap ceker cabe merah

“Kita hobi amat deh, piknik,” kataku yg mungkin hanya terdengar oleh Ryal di dekatku.

“Heemmpp, boleh nih dijadiin budaya kalau kumpul. Nyari taman ijo-ijo, gelar tiker deh,” timpalnya.


--


Cerita ini mengingatkanku pada kisah Genta, Arial and the gengs!
I advise you to read the book rather than watch the film!
Di buku 5cm, pertemanan 5 orang sejak SMA hingga masing-masing kerja pun tetap bisa bertahan selama lebih dari 10 tahun. Ditambah si adik Arial, Dinda, persahabatan mereka malah langgeng sampai mereka menikah dan punya anak.

Acara kumpul-kumpul mereka sewaktu muda pun sederhana saja: makan di warung kopi langganan, memesan mie rebus dan roti bakar favorit masing-masing yg sudah dihafal di luar kepala oleh Riani.

Cita-cita mereka sederhana, tetap bersahabat, sampai anak-anak mereka saling bersahabat. Mengagendakan kumpul rutin di taman rumah sederhana di tengah kesibukan masing-masing.

Adegan anak-anak Arial, Zafran dan Ian mengerek bendera merah-putih di taman rumah sayangnya tak dimunculkan di film. Padahal itu yg membuatku terharu dan bergetar saat membaca bukunya. Jadi pingin punya persahabatan yg selanggeng itu. Adegan itu tidak ada karena plot akhir cerita di film sedikit diubah dari bukunya, juga ada tokoh yg tak dimunculkan.


Jadi, apakah kami bisa bersahabat hingga membuat anak-anak kami pun jadi sahabat?
Who knows?
We can only try to live this life as best as we can.


Salam sayang dari kami <3


--


Ohya, waktu main di Taman Wiladatika, sedang ada pertunjukan lampion. Bagi pengunjung yg mau melihat lampion dikenai biaya Rp.20.000. Kalau tak ingin menonton, kami dipersilahkan meninggalkan area taman pukul 16.30.

Kemudian ada yg nyletuk, “Kapitalis amat !!!”

Guess who said that? 😊



coba tebak siapa yg ulangtahun? 
 di pinggir danau
versi komplit
foto ala-ala di Taman Wiladatika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar