Nyanyi Lagu Daerah, Mengenang Masa Kanak-kanak



Nonton pentas seni selalu menyenangkan bagi yg memang suka. Waktu masih mahasiswa, selama 4 tahun++ kuliah, aku gak pernah absen nonton Gebyar Nusantara (Genus). Sebuah pertunjukan seni dari masing-masing daerah di Indonesia. Dimainkan oleh mahasiswa yg tergabung dalam OMDA, mengolaborasikan permainan alat musik tradisioanal, tarian adat, sedikit lakon dan tentu saja kostum serta riasan yg membuat pemainnya makin menawan.

Di IPB, ada yg namanya Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA).  IPB didesain menampung mahasiswa dari berbagai macam daerah dari Sabang sampai Merauke melalui program USMI. Setiap tahunnya, biasanya bulan September, melalui BEM KM IPB digelarlah pertunjukkan seni budaya dari masing-masing Omda ini. Rangkaian acaranya selain pertunjukan seni--biasanya tari, drama musikal dan sejenisnya--ada juga lomba masak makanan daerah, stand galeri daerah, putra-putri Omda, dan baru-baru ini juga ada parade maskot daerah -- arak-arakan orang menggunakan kostum yg didesain sesuai kekhasan daerah masing-masing, semacam Jember Fashion Carnival. Acaranya seharian dan puncaknya di malam hari, akan ada penampilan seluruh putra-putri Omda dan 3 penampil pertunjukan malam. Biasanya sih ini jadi kompetisi tersendiri untuk Omda biar bisa tampil di malam puncak Genus. Sepertinya kapan-kapan harus ditulis juga ttg Gebyar Nusantara yg tahun lalu (2017) dihadiri oleh Kevin Liliana, Putri Indonesia Lingkungan Hidup 2017 dan berkontribusi dalam pemilihan putra putri Omda. Hey you guys, anak-anak IPB, kalau denger lagu Serasa-nya Chrisye pasti ingat Genus khaan? *theme song wajib GENUS* Wkwkwk.

Meski tak sebesar perhelatan Pasar Seni ITB -- ya iyalah kan ada anak Fakultas Seni di sono -- Genus tetep punya tempat tersendiri kok di hati <3


Sangking hausnya akan pertunjukkan seni, sekalinya ada kesempatan, langsung bilang: yuk cabs!
Ceritanya, kelompok penggiat seni Fakultas Ryal menggelar pementasan seni tahunan. Tahun ini (2017), mereka yg tergabung dalam Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR), menggelar Pentas Tunggal POSTAR 2017 dengan judul Ansambel Musik Kenang Kumara.

Awalnya kami bermaksud mengajak dan datang bersama teman-teman, tapi karena satu dan lain hal --mungkin sudah bosan dengan pertunjukkan yg konsepnya sama tiap tahunnya -- kami akhirnya datang hanya berdua. Ehtapi ketemu juga teman-teman lain yg masih antusias untuk menikmati pertunjukan seni ini. Mungkin karena memang suka atau karena pernah jadi bagian dari kelompok penggiat seni itu.

Da aku mah apa atuh, cuma suka. Nyanyi fals, badan gak luwes, gak pinter acting, sekalinya ikut lomba di kampus ya cuma lomba senam aerobik tingkat departemen (jurusan), wkwk, itu bukan seni ya?




--


Ansambel Musik Kenang Kumara menyuguhkan pagelaran musik dipadukan dengan tarian dan teatrikal. Pagelaran musiknya juga keren abis karena menggabungkan musik modern dengan musik tradisional, jadi ada karawitan dan degungnya juga lho, plus marawis. Ohya, ada paduan suara, juga mba-mba (4 orang) yg nyanyi solois gitu. Suaranya bagus, mungkin bisa ikut Indonesian Idol.

Setelah di-googling dan cek KBBI, begini perbedaan degung dengan kawaritan. Degung itu nama alat musik yg biasa dimainkan masyarakat Sunda, katakanlah salah satu nama perangkat gamelan Sunda. Sedangkan karawitan itu seni gamelan dan seni suara yg bertangga nada slendro dan pelog, katakanlah ada orang nyanyi (nyinden) diiringi permainan gamelan. Kemudian, karawitan itu bukan cuma Jawa aja, tapi ada Sunda dan Bali.

Nah ini, aku pernah ikut lomba karawitan pas jaman SD, ha-ha-ha. Jelas bukannya yg nyinden. Main perangkat gamelan yg namanya Saron. Tadinya mau main Bonang Panerus, tapi karena gak bisa ngimbangi Bonang Barung, dipindah ke bagian yg bisa aja :3 Googling aja ya bentuknya kek mana.
Pas lomba didandani pake sanggul gitu, hi-hi-hi.


--


Tema Pentas Tunggal POSTAR ini mengangkat lagu-lagu daerah. Selama pertunjukkan kita dibuat mengenang lagu-lagu yg pasti akrab di telinga kita pas jaman SD. Dari lagu Tokecang, Ampar-ampar Pisang, hingga Apuse. Lagu-lagu yg disajikan lengkap dari pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Timor-timur hingga Papua.

Berikut beberapa judul lagu yg ditampilkan dalam pertunjukkan ini:
-          Hompipa (Jawa Barat) cipt. NN
-          Cingcaripit (Jawa Barat) cipt. NN
-          Cingcangkeling (Jawa Barat) cipt. NN
-          Tokecang (Jawa Barat) cipt. NN
-          Injit-injit Semut (Jambi) cipt. NN
-          Rasa Sayange (Maluku) cipt. NN
-          Ampar-ampar Pisang (Kalimantan Selatan) cipt. NN
-          Lagu Cinta untuk Mama, cipt. Seli Pontoh
-          Apuse (Papua) cipt. NN
-          Desaku (NTT) cipt. NN
-          Naik-naik ke Puncak Gunung (Maluku) cipt. NN
-          Anak Kambing Saya (NTT) cipt. NN
-          Kampuang Nan Jauh Dimato (Sumatera Barat) cipt. NN
-          Layang-layang (Sulawesi Tenggara) cipt. NN
-          Pulau Bali, cipt. Tony Hawaii
-          Burung kakak Tua (Maluku) cipt. NN
-          Potong Bebek Angsa (Timor-timur) cipt. NN

Ada judul lagu yg asing? He-he-he. Kalau penasaran, cari tahu aja di google.

Beberapa lagu dinyanyikan medley, ada juga yg dinyanyikan satu lagu utuh sendiri. Disajikan dalam aransemen yg apik, entah itu vocal group atau dinyanyikan sang solois; diiringi musik modern, tradisional atau campuran keduanya. Beberapa lagu dibuka dengan aksi treatrikal dan disuguhkan bersama tarian daerahnya.

Ohya, kok tiba-tiba ada lagu “Lagu Cinta untuk Mama”? Karena pentas ini mengajak adik-adik kita (mungkin masih duduk di bangku SD) untuk tampil dan menyanyi di atas panggung. Salah satunya menyanyikan lagu tersebut. Makanya tak heran kalau di bangku penonton ada sejumlah Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu. Mungkin orangtua dari adik-adik tersebut, atau mungkin orang tua dari mahasiswa yg tampil (?)


--


Pesan yg ingin disampaikan oleh panitia penyelenggara: perkenalkanlah dan hidupkan lagi lagu-lagu daerah pada anak-anak. Biasanya anak-anak kenal lagu daerah sambil bermain permainan daerah. Permainan daerah dirasa sudah mulai hilang dan tak lagi dikenal tergantikan game digital. Padahal kebanyakan permainan daerah mengajarkan anak-anak untuk bersosial, bermain bersama teman, berhitung sampai nilai sportivitas. Pun lagu daerah, memiliki makna mendalam meski liriknya sederhana.

Kayak ibuk Kirana itu lho, meski tinggal di Oman, tapi pas masih piyik kinyis-kinyis Kirana udah dikenalkan lagu Indonesia dan lagu daerah. Gitu ya, calon buk-ibuk. Nanti diajarin anak-anaknya kenal dan suka sama budaya Indonesia yg beragam *sambil ngaca*


--


Kami berdua pun pulang dengan rasa bahagia atas kenangan masa kanak-kanak yg telah direkonstruksi ulang oleh POSTAR melalui pementasan seni tadi.
Terima kasih. Sukses terus untuk kalian!
Kami tunggu karya kalian di tahun 2018.

Salam dari kami berdua si penikmat seni.


--


Dalam pamflet yg diberikan panitia, tertulis sebuah sajak sebagai berikut:

Doderi Papua
Oleh: Khairunnisa
Sa lahir ding besar di tanah Papua
Sa pu pace, mace, ada di sana
Sa mo pigi ini bukan untuk mencari dosa
Sa pu sodara ajak sa untuk mengejar angan menggapai mimpi
Nene bilang “Sudah sana pergi cari hal baru!”
Sa pu sodara datang jemput asa di teluk Doderi
Dan Nene bilang “Sudah tak usah seberang pulau.”
Sa pu mimpi ada buat Papua
Izinkan sa sebut nama baki pase
Sa pamit deng lambai tangan buat pace deng mace
Isi hati, sa cinta tanah Papua, Indonesia
Sa pu mimpi, di tanah Doderi, untuk Papua sa pu Doderi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar