Berapa banyak media sosial yang kamu
miliki dan masih aktif hingga sekarang? Dalam satu dekade terakhir, banyak
media sosial bermuculan seiring kemajuan teknologi. Mereka unggul dengan
fungsi, keunikan dan tentu saja pembaruannya masing-masing. Selain menghabiskan
cukup banyak kuota internet dan memori telepon, aku memutuskan untuk menyaring
dan menghapus beberapa aplikasi yang dirasa tidak perlu karena terlalu banyak
menyita waktu dan tentu saja, menghilangkan fokus pada hal yang lebih
produktif.
--
Peer preassure, rasanya kurang gaul jika tidak memiliki dan
aktif media sosial tertentu yang sedang banyak digunakan oleh teman sebaya. That’s true, but I’m doing that, till this
day!!! Gak gaul, kurang gaul atau kalau bahasa lebih halusnya gak mau
ngikutin arus, pffft. I still don’t get
it.
Aku tak
cukup ingat apa media sosial pertama yang aku miliki. Mig33? I dont have a uniq memories about this one,
even not at all. Walaupun beberapa teman mengaku pernah asyik menggunakan
aplikasi ini. “Jamannya chat sama mantan calon gebetan (mungkin maksudnya kakak
kelas yang sempet diem-diem ditaksir),” begitu kata salah satu teman sambil mengenang. Di
aplikasi ini kamu bisa menggunakan nama samaran alias nickname. Nickname unyu yg
tak dinilai alay pada masanya. Gitu kan ya? *minta pembenaran*
Aku juga
gak ingat wujud friendster-ku seperti
apa. Kalau yang satu ini aku yakin pernah membuat akun meski tak cukup ingat
apakah konsepnya sama seperti mig33, bisa menggunakan nickname? Jika iya, kira-kira apa nama yg aku gunakan saat itu
:3 Oh zaman jahiliyah.
Facebook. The most
widely used application until now. Gak mungkin remaja hingga orang dewasa jaman
sekarang gak punya facebook. Bahkan
gak jarang kok aku usil perhatiin orang kalo di warung (abang-abang warung)
atau di tempat-tempat jualan lain pada main hape itu buka apa, ya scroll lini masa facebook.
Btw aku udah berhenti main facebook sejak ...
Sejak
diputusin mantan dan secara tiba-tiba beliau menghapus akun facebook-nya yang secara otomatis
membuat saya dengan penuh kesabaran dan ketekunan menghapus rekam jejak segala unggahan
yg dirasa tidak perlu ada. Jadi gak ngerti juga apa yang bikin orang masih
seneng dengan media sosial yg satu ini, sebagian besar orang di dunia ini malah.
Ya mungkin karena masih banyak orang yang berbagi tulisan atau tautan di facebook. Terakhir ku tau, selain bisa
menulis sebuah postingan yg cukup
panjang yg bisa dijadikan cerpen, facebook
juga mengakomodasi keinginan manusia untuk mengunggah gambar, foto, video dan
tautan website. Ohya ada emoticon yg unyu-unyu di facebook, plus ada facebook
messanger juga. Honestly, terakhir
aktif facebook itu sewaktu masih nge-admin
akun organisasi zaman kuliah. Mau gak mau main facebook, tapi ya punya akun organisasi, buka akun pribadi cuman
buat repost :3 spamming.
Twitter. Dulu aku gak paham apa kesenangan yg ditawarkan
oleh twitter. Inget banget salah
seorang teman SMA dengan jumawanya (gak ding!, kata-kataku lebay), ya dengan
antusiasnya menginformasikan bahwa beliau punya sebuah akun twitter. Bisa dikatakan beliau pionir di
lingkunganku yg tau dan membuat sebuah akun twitter
pada waktu itu. Salah satu hal yg paling melekat yg beliau informasikan, alasan
beliau ini senang dan bangga punya twitter
adalah bisa follow akun artis yg
hidup dan tinggal nun jauh di sana serta bisa mengikuti kabar dan aktivitas
sang artis tersebut melalui tweetnya. Sungguh sebuah kebahagiaan, pada jaman
itu. Hmm sepertinya ini yg jadi awal mula manusia zaman sekarang jadi suka kepo
sama hidup orang lain. Karena ada fasilitas untuk show up.
Aku sih
gak cukup tertarik, meski tetep aja bikin akun, biar ngerti dikit-dikit dengan
apa yg dimaksud teman sebaya.
Seingat
aku sih yaa, selama punya facebook,
aku gak pernah seaktif orang-orang pada umumnya yg rajin membuat postingan atau
membuat notes *salahkan ingatanku jika hal itu tidak benar* Nah, kalau twitter, aku menggunakannya sebagai
sebuah sarana untuk “nyampah”, terlebih dalam satu, dua, tiga, empat tahun
terakhir. Nyampah dan ngode sih. Biasanya kalau lagi KZL, ya dengan siapa lagi
seorang perempuan itu KZL, ngumpat-ngumpat KZLnya di twitter, that’s what I mean
nyampah. Aku rasa twitter sejak
awal didesain sebagai sarana untuk menumpahkan pemikiran yg sekelebat datang
dalam beberapa kata dengan jumlah karakter terbatas.
Apa yg
membuatku bertahan dg twitter? Selain
sebagai sarana paling enak untuk nyampah,
karena lini masanya cepet hilang dan tertindih postingan-postingan lain dari orang-orang yg kita follow, twitter sekarang sudah banyak berfaedah. Warga qismin twitter sudah pada pinter dan suka bikin
thread, bisa mengunggah media gambar
atau video, dan tentu saja masih banyak media massa yg aktif twitter. Dengan caption yg menarik dan bikin penasaran, kita bisa langsung klik
tautan yg akan nyambung ke website media massa yg bersangkutan. That’s the happiest thing of twitter for me.
Warga twitter juga gak banyak pamer
kayak warga facebook, apalagi instagram. Pamer kepintaran dengan
kata-kata mungkin iya. Kan cuma orang cerdas yg bisa merangkum sebuah pemikiran
untuk di-deliver ke orang lain dengan
jumlah karakter terbatas tapi gak mengurangi esensi pesan yg mau disampaikan. AZEK!!
Nah ini,
bagian inti dari tulisan ini. Instagram.
Aku
kenal instagram sejak balik KKN
kayaknya. Postingan pertamaku aja masih seputar hidup di Natuna. Aku pun
mengikuti arus instagram seperti
pengguna yg lain. Sebagai sebuah aplikasi yg lebih menonjolkan sisi estetika
sebuah postingan berupa foto atau
gambar, aku juga pernah kok mengalami masa lagi seneng-senengnya posting. Segala foto apa aja di-posting. Posting foto yg di-grid
untuk merangkum satu momen dalam satu foto (untung sekarang bisa posting 10
macam foto dalam satu postingan). Kayaknya
salah satu faktor pendorong orang Indonesia punya kecenderungan selfie dan
wefie adalah instagram, I guess. Sungguh segala aktifitas,
berkegiatan rutin (kuliah-kerja), makanan, hangout,
hingga tamasya dan tiap momen dalam hidup lain kayak sidang, wisuda, hari raya,
dll didokumentasikan dan ditujukkan (dipamerin) ke khalayak.
Dan aku
merasakan puncak kejenuhan main instagram
adalah ketika semua orang terdesain untuk ngartis
dg adanya fitur ig-stories. “Hi gusy, sekarang gue lagi ada di ...” ini juga yg
kupikir jadi salah satu faktor manusia zaman sekarang jadi lebih suka traveling, suka makan atau berkunjung ke
tempat yg instagrammable. Kalau kata Rhenald
Kasali, esteem economy, ketika orang2
lebih banyak menggunakan uangnya untuk jalan-jalan, mencari dan menikmati momen
serta pengalaman baru (dan membagikannya di media sosial sebagai sebuah
pengakuan sudah mencapai titik tertentu), bukan lagi kenikmatan memiliki barang.
That’s ok if that’s not to much. Sorry
to say, I decided to unfolllow some people I though were annoying on instagram,
sorry friends. Orang-orang yg suka posting
aktivitasnya dari bangun tidur sampe mau tidur lagi, dari kegiatan
sehari-hari sampe keluhan-keluhan hidup atau kode-kodenya. Ya iya sih, padahal pernah
juga suka capture obrolan chat dg seseorang kemudian dijadiin stories buat lucu-lucuan, atau capture Joox atau lirik lagu tertentu
sembari ngode orang, atau nulis stories
dg tulisan kecil-kecil dan dibalik-balik yg bikin orang penasaran. Padahal kalo
dipikir lagi, apa pentingnya coba orang-orang tau apa yg kita lakuin sehari-hari
atau segala yg kita rasain. Lah itu kan yg namanya eh gunanya sharing, Di. Ya tapi kan yg bermanfaat
dikitlah, seenggaknya gak banyak ngeluhnya. Eh padahal bisa jadi di dunia maya
itu orang-orang yg sering curhat karena di dunia nyatanya dia gak punya
fasilitas lain untuk curhat, dengan kata lain, dia sedang mencari orang yg mau
peduli atau berbagi keluh kesah, nyari temen *it's the real me, always think two side*
Ada juga
orang-orang yg suka, eh keseringan posting
atau stories foto selfie yg keliatan cuma
mukanya aja. Pernah baca artikel, justru orang-orang yg sering posting foto selfie terutama wanita,
kebanyakan sedang melakukan konfirmasi bahwa dirinya cantik. Orang-orang yg
terlalu sering posting foto (kemesraan)
dengan pasangannya justru sesungguhnya tidak merasa sedang bahagia dg pasangan.
Terlalu sering posting foto dengan pasangan
malah sebuah indikasi dia sedang melakukan konfirmasi ke orang-orang
sekitarnya, apakah mereka memang baik-baik saja? Ya baik-baik saja, ya kalian relationship goals, begitulah sepertinya
ketika semakin banyak orang yg menyukai postingan
tersebut.
Aku pun
dengan Ryal pernah melewati masa itu. Menemukan sebuah kebahagiaan ketika
mengunggah foto di tiap momen berdua. Semakin banyak yang memberikan love atau komentar akan semakin bahagia,
“eh banyak juga yg peduli ya”. Dalam satu tahun terakhir, lebih malah, jauh
sebelum Ryal memutuskan untuk berhenti main instagram,
kami sudah mawas diri. Tidak setiap momen berdua selalu kami posting atau dijadikan stories, lebih menikmati momen, atau
lebih banyak menjadikannya koleksi pribadi dan tidak untuk konsumsi publik.
Kami percaya bahwa kebahagiaan kami tidak terukur dari banyaknya postingan
berdua di instagram, bahagia itu kita
sendiri yg rasa, tak perlu afirmasi dari orang lain. That’s why, kami lebih jarang mengunggah foto berdua. Kami
baik-baik saja dan mungkin hanya pernah lebay (show off) di awal-awal kami berpacaran :3
Ohya,
satu yg aku belum tau karena belum mencapai masa itu. Alasan ibu-ibu zaman
sekarang suka posting kegemasan anak
bayinya, kegiatan anak-anaknya, berbagi tips dan pengalaman ini itu seputar parenting di media sosial. Mungkin nanti
pada masanya aku akan mengerti.
Segala
tulisan ini pasti ada yg setuju dan tidak. Seperti pendapat orang pada umumnya,
ya balik lagi ke individunya masing-masing. Mau pilih media sosial apa yg ia
mau gunakan dan digunakan untuk apakah media sosial tersebut. Bisa jadi mereka
yg memang pandai memotret, mengedit datau membuat video suatu saat nanti akan
sukses dengan keahlian tersebut dan instagram
adalah salah satu media mereka mengembangkan diri.
Kalau
aku sih tetep berpendapat gunakanlah instagram
ya terutama sebagai sarana yg bermanfaat, misal emang serius hobi traveling ya unggahlah foto-foto
jalan-jalan kalian dengan caption
info perjalanan atau pengalaman menarik dalam perjalanan tsb, atau yg hobi masak
bisa bagi-bagi resep atau video masakan, atau yg jago makeup bisa bikin tutorial, dan sebagainya. Kalau gak suka dengan postingan-postingan orang kan gak usah
bete, tinggal unfollow :3 Aku sendiri
tadinya sempet kepikiran buat aktif mengunggah foto-foto buku yg sudah kubaca,
kalau kata mba Eunike, #SiapaTahuKamuMauBaca , dengan mengurangi kesan pamer
serta jumawa, dan tentu saja dengan meningkatkan nilai estetika dalam
pengambilan gambar dulu :3 ya ditunggu, coming
soon, sembarian bikin semua resensinya di blog ini.
Info
tambahan: aku berhenti main path karena
banyak ngabisin memori telepon dan berat, gak pernah bikin snapchat, gak menemukan asiknya main askfm, dan gak ngerti apakah tinder
bisa dijadikan sebagai rujukan untuk mencari teman yg baik dan benar.
Aktif di
LINE, lagi males main WA karena kebanyakan grup spam, dan berhenti main
telegram karena gak ada temennya padahal asik lucu-lucu stickernya.
ALLAHU
AKBAR! Gak kepikiran mau bikin Tik Tok.
Tik Tok media sosial bukan sih?